“ Uuoooh……lima menit lagi.”
Jawabku sambil menguap.
“ Nggak boleh nunda sholat
loh, dosa. Ayo bangun!” Suara mamah mengingatkanku.
“ Iya mah, chery bangun.”
Akupun bangun dan melihat jam dinding. Kulihat waktu menunjukkan pukul 4.35,
segera aku bergegas menuju kamar mandi.
Waktu
menunjukkan pukul 06.30 akupun bergegas turun dan menuju keruang makan. Kulihat
dari tangga semua sudah berkumpul di ruang makan ada mamahku yang cantik,
ayahku yang tampan dan tidak ketinggalan pula kakakku Ricky yang super keren.
Ngomong-ngomong dari tadi kita belum kenalan, namaku Aprilia Chery Gustomo atau
kalian bisa memanggilku Chery, April juga boleh asal jangan Tomo. Sebenarnya
nama Gustomo berasal dari nama belakang ayahku yaitu Andi Gustomo.
*****
Aku
berjalan menelusuri koridor sekolah. Hari ini adalah hari pertamaku menjadi
siswa kelas VIII SMP Bina Bangsa Jakarta. Berat rasanya meninggalkan kelas VIIE
yang sangat menyenangkan, canda tawa kita lalui bersama. Semua temanku juga
merasakan hal yang sama. Dari lima kelas VIII yang terdiri dari kelas VIIIA,
VIIIB, VIIIC, VIIID, dan VIIIE, aku mendapatkan kelas yang aku idamkan yaitu
VIIIA.
Hari
pertamaku di kelas VIIIA sangat menyenangkan, disana aku mendapatkan sahabat
baru namanya Wati, dan Ika, sedangkan Nana dan Briya adalah sahabatku dari
kelas VII yang masuk di kelas yang sama denganku. Di kelas VIIIA aku bertemu
dengannya. Awalnya aku mengira dia orang yang berwibawa, tetapi setelah
mengenalnya ternyata dia orang yang kocak, semua anak menyukainya karena
sikapnya yang bersahabat. Dia adalah anak dari salah satu orang yang
berpengaruh di sekolahku namanya Chiko Ardiansyah Bastian panggilannya Chiko.
“
Pak Guru datang……!!!” teriak Wati sambil berlari, semua anak tertawa karena
melihat ekspresi wajahnya itu. Akupun juga ikut tertawa, ternyata guru yang
datang adalah pak Suharja, beliau adalah wali kelas VIIIA. Beliau datang untuk
mengumumkan kepengurusan kelas. Melalui voting maka terpilihlah Chiko sebagai
ketua kelas kami. Akupun ikut senang karena dengan terpilihnya Chiko sebagai
ketua kelas, aku dapat mengetahui kepribadiannya.
Hari
ini pun berlalu dengan menyenangkan dari pertemuanku dengan Wati yang sangat
konyol ketika Wati tersedak bakso di kantin, pertemuanku dengan Ika sicewek
super freminim, hingga pertemuanku dengan Chiko pada pelajaran elektronika yang
membuat aku jatuh hati padanya.
Keesokan
harinya aku kembali berangkat sekolah dengan ceria, tetapi sepertinya cuaca
tidak sependapat dengan perasaanku hari ini. Hari ini cuaca sangat mendung,
sehingga yang sebenarnya sudah pukul 06:45 nampak seperti pukul 04:30. Walaupun
cuacanya sedang tidak bersahabat aku tetap berangkat bersama kakakku
menggunakan motor, meskipun ayah sudah menawarkan berangkat bersamanya
menggunakan mobil. Karena takut di perjalanan akan turun hujan.
Sesampainya
di depan gerbang sekolah kakakkupun pergi meninggalkanku, tiba-tiba dari
belakang ada suara yang mengagetkanku.
“ Chery….” Teriak Briya
sambil melambaikan tangannya padaku.
“ Haii……” Teriaku membalas
sapaannya.
“ Tadi siapa Cher,
pacarmu?” Tanya Briya.
“ Huss ngawur, itu kakakku,
namanya Ricky” Jawabku menjelaskan.
“ Wah keren banget….!!”
“ Kenapa? Suka? “ tanyaku.
“ Udah punya pacar? “ tanya
Briya kembali bertanya.
“ Udah….”
Sedang
asik-asiknya mengobrol, tiba-tiba seseorang melintas di depan kami. Pandanganku
seketika langsung terarah padanya dan mengikuti arah kakinya berjalan.
“ Hayo chery, suka ya sama
Chiko? “ Suara Briya membuyarkan lamunanku.
“ Nggak kok.” Jawabku
mengelak.
“ Udah ngaku aja, atau aku
sebarkan gosip kalo kamu emang suka sama Chiko.” Ucap Briya mengancam.
“ Iya. Aku emang suka sama
Chiko, tapi kamu jangan ngomong siapa-siapa, awas kalo ngomong !” Akupun
mengakuinya, karena aku takut Briya menyebarkan gosip yang aneh-aneh.
“ Ciee, chery…..eh cher tau
nggak, aku baru tau kamu bisa suka sama cowok.” Ejek Briya padaku.
“ Ih apaan sih, walaupun
aku tomboy tapi aku juga tetap punya jiwa perempuan.” Ucapku membela. Kamipun
tertawa bersama sambil berjalan menuju ruang kelas.
*****
“ Teng…teng…teng.”
Terdengar suara bel Istirahat.
“ Woyy ke kantin yuk,
pengin makan bakso, somay, krupuk, jus buah dan lain-lain.” Ajak Wati.
“ Dasar gembul, ya udah ayo
“ kataku.
Kami
berlimapun menuruti kemauan Wati dan berjalan menuju kantin sekolah. Sepanjang
perjalanan menuju kantin kami membicarakan artis-artis korea kesukaan kami
masing-masing. Diantara kami berlima Watilah yang paling tau mengenai
berita-berita terbaru tentang dunia keartisan di korea bisa dibilang paling
update.
Sesampainya
di kantin kami memilih duduk di tempat duduk paling belakang dan ternyata di
depan tempat duduk kami adalah Chiko bersama teman-temannya. Mengetahui hal itu
aku merasa senang rasanya bisa duduk di belakang orang yang membuatku jatuh
hati, sedang asyik-asyiknya menikmati pemandangan yang sangat langka. Terdengar
suara Wati yang memang sudah tidak sabar untuk makan.
“ Pesan makanan yuk, cacing
diperutku udah nunggu jatah makannya.” Rengek wati sambil memegang perutnya,
dan di sambung dengan rengekan Ika.
“ Iya, aku juga udah
lapar.”
“ Ya udah, pesen gih, aku
titip yah.” Kataku.
“ Titip apa? Cepetan!”
Suara Ika dengan nada nyaring.
“ Jangan marah dong, aku
pesen somay sama jus melon deh.” Kataku kembali.
“ Gak ada lagi nih?” Ika
menawarkan.
“ Udahlah cukup” kataku.
“Yaudah. Bye Chery….” Ucap
Ika sambil melambaikan tanganya.
“ Bye…” Ucapku membalas
lambaian Ika.
Kini tinggalah aku sendiri yang masih duduk, semua temen-
temenku sedang sibuk memesan makanan. Terlihat dari kejauhan Wati sedang lari
memesan makanan, dari grobak bakso, ke somay dan masih banyak lagi. Melihat
kelakuan Wati yang seperti itu aku pun tanpa sadar tertawa keras. Semua isi
kantin tiba- tiba memandangiku, tak terkecuali Chiko. Oh my god, kini aku
merasa ada di tengah lapangan dan ditonton oleh ribuan orang yang semuanya belum
aku kenal. Diantara rasa maluku yang membara tiba- tiba terdengar suara yang
lembut namun bernada mengejek.
“ Chery, kalo jadi cewek
gak bolek ketawa kaya gitu! Kan jadinya kamu juga yang malu, liat tuh seisi
kantin ngliatin kamu” kata Chiko dengan lembut. Aku hanya tersenyum kepadanya
karena aku bingung ingin menjawab apa.
“ Ih…Chiko kamu kok gitu
sih sama Chery, Chery kan nggak sengaja ketawa kaya gitu” Ucap Wati membelaku.
Aku pun tersentak mendengar wati berkata seperti itu.
“ Chery kan bukan cewek!!!,
ami-amit deh aku punya cewek kaya dia”. Ejek Chiko, akupun merasa tersinggung.
“ Terserah kamu mau ngomong
apa!!! “ akupun membalas dengan nada nyaring “Ayo Wat kita pergi” lanjutku.
“ Trus makananya gimana?
Kan sayang aku udah pesen banyak.” Ucap Wati agak menolak permintaanku.
“ Udah dibungkus aja,”
jelasku.
Kamipun
pergi meninggalkan kantin sekolah, dan menuju ruang kelas.
*****
“ Cekrek, bruk….” Suara pintu dibanting. Akupun masuk kamar.
Melihat kasurku yang terihat nyaman , dengan spontan kubanting tubuhku ketempat
tidur. Terdengar suara mamah bertanya kepada Kak Ricki.
“ Ki, adekmu kenapa? Pulang
sekolah kok cemberut? Nggak salam dulu lagi sama mamahnya.” Tanya mamah
khawatir.
“ Nggak tau mah, dari
sekolah udah kaya gitu. Putus cinta kali…!” jawab kak Ricki ngawur.
“ Gak biasanya adekmu kaya
gitu” ucap mamah bingung. Sepulang sekolah memang aku langsung nylonong, nggak
kasih salam sama mamah. Ini memang bukan kebiasaanku, tapi entah kenapa hari
ini aku rasanya ingin marah. Ini semua terjadi karena masalah dikantin pada
saat istirahat.
“ Kring… Kring… Ting… Tong…
Ting… Ada sms…Ada sms… ” Terdengar suara ponsel berdering.
Kulihat
layar ponsel, dan didalamnya tertulis nama yang sangat kukenal W-A-T-I-G-E-M-B-U-L.
Kubaca sms dari Wati yang isinya “ chery, kita jalan- jalan yuk, bête nih di
rumah terus : ( mau yah :)” aku pun membalasnya “ Ocre, tunggu yah!”.
Bergegas
aku mangganti seragam sekolahku kemudian menggantinya dengan kaos lengan
panjang berwarna biru dengan celana jeans hitam kesukaanku, kusisir rambutku
yang ku biarkan terurai . Kubuka pintu kamar dan berlari menuju kamar mamah,
untuk meminta izin dan meminjam motor.
“ Tok… Tok… Tok…, Mah ini
Chery ” kataku sambil mengetuk pintu kamar mamah.
“ Masuk, sayang….” Jawab
mamah dari dalam kamar.
Kubuka
pintu kamar mamah dan memasuknya, terlihat mamah sedang duduk santai dengan
secangkir kopi di tanganya sembari tersenyum padaku dan berkata “ ada apa
sayang?”
“ Ini mah, Chery mau pinjem
motor, buat jalan- jalan sama Wati” kataku memohon dan tidak lupa kupasang muka
memelas, agar mamah mau meminjamkan motornya.
“ Tapi mamah khawatir,
terjadi apa- apa sama kamu sayang, perasaan mamah nggak enak” kata mamah
khawatir.
“ Ih mamah parno deh, pliss
boleh ya mah” akupun kembali memohon.
“ Ya udah, tapi hati-hati.
Jangan ngebut- ngebut” mamah menasehatiku.
“ Oke mah, kuncinya mana?”
Tanyaku sambil menyodorkan tangan.
“ Di laci meja Telpon”
“ Oke, makasi mah, muach”
kucium pipi mamah.
Kuambil
kunci itu dari laci dan bergegas menuju garasi, kemudian kuambil motornya dan
wussss.. akupun melaju meninggalkan rumah dan menuju kerumah Wati. Di tengah
perjalanan kepalaku terasa pusing konsentrasiku buyar semua, seketika terngiang
ditelingaku suara Chiko mengejeku. Tiba-tiba dari arah berlawanan sebuah motor
melaju dengan cepat. Aku tidak dapat mengontrol arah motorku, tubuhku terasa
kaku dan tidak dapat di gerakan. Tabrakanpun tidak dapat dihindari. Aku pun
berusaha menahan rasa sakit yang sangat menusuk, sekilas aku melihat banyak
orang yang mengelilingiku, tetapi itu hanya sebentar kini yang ada hanyalah
gelap, sunyi, tidak secerah cahayapun melintas.
*****
Kubuka mataku perlahan-lahan, namun entah mengapa rasanya
sangat berat, tetapi akupun bisa membukanya. Kulihat banyak orang disampingku,
ada mamah, ayah, Kak Ricki, dan sahabat- sahabatku. Aku bingung mengapa mereka
berkumpul disini? Apa yang sedang terjadi padaku? Dan dimana aku sekarang? Rasanya
ingin sekali aku menanyakan semua itu, namun apa daya, mulutku terasa seperti
terkunci oleh puluhan gembok baja. Tiba-tiba terdengar suara Nana dan seketika
semua orang mengalihkan pandanganya kepadaku.
“ Chery siuman!! Kata Nana.
“ Chery kamu sudah sadar
sayang? Mamah khawatir terjadi sesutu yang menakutkan padamu sayang.” Ucap
mamah dengan bercucuran air mata.
“ Ma…ah…ja…ja…” kataku
terbata- bata. “ Ya Allah tolong kembalikan suaraku. Aku ingin berkata pada
Ibuku, aku tidak mau membuat Ibuku cemas” kataku dalam hati.
“ Chery mau ngomong apa
sayang?” ucap mamah kembali mengeluarkan air mata.
Melihat
mamah menangis ingin rasanya aku ikut menangis, tetapi aku berusaha agar air
mata ini tidak turun, karena aku tidak mau semua orang sedih. Dengan sekuat
tenaga aku berusaha mengeluarkan suaraku. Perlahan-lahan kubuka mulutku, dan
akhirnya usahaku tidak sia-sia, kini suaraku kembali pulih.
“ Mamah jangan nangis,
Chery gak papa kok, udah tenang aja, mamah ini hobi banget nangis, jijay deh
ah” Ucapku menghibur mamah.
“ Chery… Chery… Lagi sakit
masih aja bercanda, dasar duren!” goda Wati.
“ Ih kok duren sih? Namaku
Chery bukan duren!” kataku.
“ Iya desember!” goda Wati
sekali lagi.
“ Kok desember sih! April!”
kataku.
Mendengar
percakapanku dengan Wati semua orang tertawa terbahak- bahak. Aku sangat senang
melihat semua orang tertawa dengan lepas. Suasana yang tadinya haru, pilu, kini
menjadi hangat penuh tawa.
*****
Selama satu minngu aku berada di rumah sakit, tetapi aku
merasa sudah satu tahun aku berada disini. Rumah sakit adalah tempat yang tidak
pernah terlintas di benaku, banyak alat- alat aneh disini. Namun ini semua akan
berakhir. Karena hari ini Dokter Efendi telah mengijinkanku pulang kerumah dan
melakukan aktifitas seperti biasa.
Keesokan harinya aku langsung berangkat kesekolah, semua
temen-temenku menyambut kedatanganku dengan sebuah kejutan. Mereka merias ruang kelas seperti layaknya
ada pesta ulang tahun. Di depan kelas terpampang sebuah ucapan yang bertuliskan
“ Selamat datang kembali Chery, kami
sangat merindukanmu”. Melihat usaha teman-temanku aku merasa senang hingga
meneteskan air mata. Karena mereka dengan antusias mau menyambut kedatanganku
kembali kesekolah.
Hari pertamaku berangkat sekolah setelah satu minngu
absen sangat menyenangkan. Dimulai dari kejutan kecil dari temen- temenku,
sebuah kado istimewa dari sahabatku dan yang tak kalah istimewanya aku dan
Chiko sudah baikan. Dia meminta maaf padaku atas perkataanya dikantin minggu
lalu yang membuat aku tersinggung. Dan sebagai tanda permohonan maaf aku diajak
nonton film bersama di Bioskop. Rasanya aku ingin waktu berhenti sekarang juga.
*****
Dua bulan aku menjalani hidupku seperti biasa, tetapi
belakangan ini aku merasakan kejanggalan pada diriku. Aku sering merasakan
sakit yang menusuk di kepalaku. Aku merasa kepalaku ini rasanya ingin pecah.
Sampai suatu hari kelasku mendapat tugas untuk mengikuti
seminar perhitungan VO2 max. Disana kami melakukan beberapa test, satu di
antaranya lari 200m. Aku berdiri digaris start, peluit ditiup, akupun mulai
lari sekuat tenaga, tetapi hanya beberapa meter dari garis start tiba- tiba
kepalaku terasa sakit . Aku hanya berfikir mungkin itu dampak karena tadi pagi
aku belum sarapan. Semakin jauh aku berlari, semakin sakit pula kepalaku, kini
aku tidak dapat mempertahankan keseimbangan tubuhku, darah segar mengalir
melalui hidung dan telingaku. Rasa sakit dikepalaku terus menjalar hingga
keseluruh tubuh. Terdengar samar- samar ditelingaku suara Nana memanggil.
“ Chery, kamu kenapa?” ucap
Nana.
“ Aku gak tau, rasanya
kepalaku mau pecah.” Jelasku.
“ Kita kerumah sakit yah
Cher!” Ucap Nana yang mulai menangis.
“ Nah itu Wati dan Briya”
lanjut Nana. Aku sudah tidak bisa berkata-kata lagi, semua energiku telah
habis.
“ Wati, Briya, tolong!!!
Chery sakit!!” teriak Nana pada Wati dan Briya. Dari kejauhan terlihat Chiko
berlari kearahku.
“ Chery, kamu kenapa? Na,
cepat bawa Chery kerumah sakit!” Ucap Chiko khawatir.
“ Nana, Chery kenapa?
Chiko!!! Eh kamu kok disini sih?” Ucap Wati dan Briya bersamaan.
“ Udah, jangan banyak
omong, cepat bawa Chery kerumah sakit” ucap Nana.
“ Sini aku yang nggendong”
Chiko menawarkan.
“ Uhh… kesempatan dalam
kesempitan!!” ucap wati.
“ Itu ada Taxi!” teriak
Briya dengan menunjuk kearah Taxi.
“ Ayo cepat bawa Chery,
tapi aku izin dulu sama Pak Rendi” ucap Chiko sambil berlari.
“ Cepetan jangan pake
lama!!!! Teriak Wati
*****
Sesampainya di rumah sakit aku merasa semua energiku
telah habis tanpa sisa. Untuk menggerakkan jari saja perlu mengeluarkan energi
seperti mengangkat beban 50 kg. “ Ya Allah sebenarnya ada apa dengan diriku
ini? Aku benar-benar tersiksa dengan kondisi ini Ya Allah.” Kataku dalan hati.
“ Chery kamu harus kuat! ”
Ucap Chiko menyemangatiku.
“ Iya Cher, kamu harus
kuat, hiks…hiks…hiks… ” ucap Wati sambil menagis.
“ Permisi. Maaf Cherynya
saya bawa dulu yah. ” Ucap suster yang merawatku dulu.
“ Iya sus, silakan ” Ucap
Chiko mempersilakan.
Susterpun membawaku ke tempat yang menurutku sangat
menyaramkan, banyak alat-alat aneh disana. Disana dokter menyuruhku untuk duduk
dialat yang mirip kapsul raksasa. Kapsul itu memancarkan cahaya yang
menyilaukan mata, dan dari alat yang berbeda keluar sebuah foto ronsen
kepalaku. Dokterpun mengambil hasil ronsen itu. Kemudia suster membawaku kembali
keruang rawat.
Di ruang rawat semua keluargaku sudah berkumpul, tetapi
sahabat-sahabatku sudah pergi, mereka pergi untuk membereskan barang-barangku
di sekolah. Namun Chiko dengan sabar menungguiku di rumah sakit.
“ Chery sayang, mamah sama
ayah mau ke ruang dokter dulu yah.” Ucap mamah meminta izin.
“ Iya mah, tapi jangan
lama-lama.” Akupun mengizinkan.
“ Iya sayang, oh ya kalo
kamu butuh sesuatu ngomong aja ke Kak Ricki.” Ucap Mamah “ Ricki jaga adekmu
yah.” Lanjut Mamah.
“ Oke Mah.” Jawab Kak
Ricki.
“ Ayo Mah, cepetan! ” Ajak
Ayah.
Mamah dan Ayah mulai meninggalkan ruang rawatku. Disini
tinggal aku, Chiko, dan Kak Ricki yang masih tersisa.
“ Astagfirullah, aku lupa.
” Ucap Kak Ricki tiba-tiba.
“ Lupa apa Kak? ” tanyaku.
“ Kakak lupa belum menebus
obatmu di Apotek. ”
“ Ouh, ya udah sana gih
ditebus!” perintahku kepada Kak Ricki.
“ Oke deh, kalo gitu
baik-baik ya Dek. ” ucap Kak Ricki ” Heh, Bro titip adek gue yah, oke!” lanjut
kakak pada Chiko
“ Oke, tenang aja Bro. “
jawab Chiko.
Kak Rickipun pergi meninggalkanku. Kulihat dari jendela
kamar hamparan rumput terpampang jelas dimataku. Akupun meminta Chiko
mengantarku ke taman. Didoronglah kursi rodakku oleh Chiko, lalu berjalan
menelusuri koridor rumah sakit. Kulihat dari kejauhan terpampang tulisan
didepan sebuah pintu “DOKTER EFENDI” akupun
meminta Chiko berhenti sejenak. Dari dalam ruangan terdengar suara mamah
menangis dan diikuti suara Ayah berbicara kepada Dokter.
“ Dokter pasti salah! Anak
saya tidak mungkin mengalami penyumbatan darah di otaknya!!!” Bentak Ayah
kepada Dokter
“ Tapi ini memang
kenyataannya Pak Andi, penyumbatan ini terjadi setelah anak Bapak mengalami
kecelakaan beberapa bulan yang lalu.” Jelas Dokter kepada Ayah.
Seketika air mataku turun dan membasahi pipiku setelah
mendengar pembicarasan ayah dan Dokter Efendi. Aku tidak bisa menerima
kenyataan ini, tiba-tiba kepalaku terasa sangat sakit, aku tidak bisa menahan
rasa sakit ini. Terdengar suara Chiko samar-samar ditelingaku.” Chery kamu
kenapa? Bangun Cher!! Bangun!! Aku mohon” ucap Chiko sambil menangis.
Mendengar suara Chiko, Ayah, Mamah, dan Dokter Efendipun
keluar. Mereka lalu membawaku keruang ICU. Mendengar kabar bahwa aku koma,
semua keluarga besar dan sahabat-sahabatku datang dan membacakan ayat-ayat
Al-Qur’an yang indah untukku, agar aku dapat bertahan menghadapi cobaan ini.
Aku bisa merasakan bahwa mereka sangat menyayangiku. Terlebih Chiko, dia dengan
setia menemaniku setiap malam walau pagi harinya dia harus berangkat sekolah.
Aku benar-benar sangat bahagia karena orang yang sangat aku cintai mau
berkorban untuk diriku ini.
*****
Setelah dua minggu koma, akupun kembali sadar. Perlahan
kubuka mataku, kulihat semua orang yang menyayangiku berkumpul. Melihat aku
sadar semua langsung memperhatikanku. Akupun langsung berkata kepada Ayah dan
Mamahku.
“ Mamah, Ayah, Chery nggak
kuat lagi, kepala Chery sakit sekali yah, Mah.”
“ Bertahan yah sayang, kamu
pasti kuat, tapi kalo Chery mau pergi, Mamah, Ayah, dan yang lainya udah ihklas
kok, mungkin itu yang terbaik buat Chery.” Ucap Mamah dengan air matanya yang
mengalir deras.
“ Makasih ya Mah.” Jawabku.
Dari samping kananku terdengar suara Chiko berkata padaku.
“ Chery…..Chery bertahan
yah, Chiko sayang sama Chery, Chiko cinta sama Chery, dari awal Chiko liat
Chery, Chiko udah ngrasa kalo Chery cewek yang istimewa dan kuat, makanya Chery
bertahan yah.”
Mendengar perkataan Chiko air mataku terus mengalir
membasahi pipiku, tetapi aku sudah lelah. Aku ingin beristirahat dengan tenang
untuk selamanya. Aku sudah tidak sanggup menahan rasa sakit yang terus
membayang-bayangiku entah sampai kapan. Maafkan aku Chiko, semoga kamu bahagia
tanpa aku. Perlahan kupejamkan mataku, dan kini jiwaku telah membaur menjadi
satu dengan angin yang berhembus. Selamat tinggal Mamah, Ayah, Kak Ricki, dan
sahabat-sahabatku, bahagialah kalian walau tanpaku. Dan terima kasih Chiko kamu
telah memberikan hadiah terindah untukku, sebelum aku menghembuskan nafas
terakhirku. Ini adalah kata cinta pertama dan terakhir darimu Chiko, I Love You
Chiko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar